Penulis: Nasir/Rachmat 
Olahraga bukan hanya  persoalan menang dan kalah. Banyak nilai postif yang tercetus dari  kegiatan ini. Contohnya saja sepak bola. Setiap laga selalu dimulai  dengan pengusungan bendera fair play ke tengah lapangan. Tujuannya, mengingatkan para pemain, wasit, pelatih, dan pengurus asosiasi untuk berlaku sportif.
Namun  hasrat untuk menang terkadang mendorong seseorang untuk melanggar  prinsip bermain adil itu. Hingga banyak pengurus asosiasi sepak bola  yang tidak berlaku sportif, bahkan berurusan dengan hukum. Berdasarkan  penelusuran Plasadana.com untuk Yahoo Indonesia, berikut enam pengurus asosiasi sepak bola yang pernah terseret masalah hukum:
1. Nurdin Halid 
Nurdin  Halid merupakan mantan ketua umum Persatuan Sepak Bola Seluruh  Indonesia (PSSI) yang sarat dengan kontroversi. Mulai dari memimpin PSSI  dari balik terali besi, menaturalisasi pemain, sampai menambah jumlah  peserta Liga Indonesia tiap tahun sehingga tidak ada klub yang  terdegradasi.
Tak hanya kebijakan PSSI yang ia buat  kontroversial. Pun kelakuannya di luar dunia sepakbola. Sejak 2004, pria  kelahiran Watampone, Sulawesi Selatan, ini akrab dengan masalah hukum.  Hingga ia harus masuk keluar bui.
Misalnya saja pada 16 Juli  2004. Nurdin yang menjabat ketua umum Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin)  periode 2004-2009, menjadi tersangka dan ditahan karena kasus dugaan  penyelundupan gula impor ilegal 73 ribu ton. Begitu pula dalam perkara  dugaan korupsi distribusi minyak goreng di Koperasi Distribusi Indonesia  (KDI). 
Meski Pengadilan Negeri Jakarta Selatan sempat  menyatakan Nurdin Halid tidak bersalah atas tuduhan tersebut, Mahkamah  Agung memvonisnya dua tahun penjara pada 13 Agustus 2007.
Ia juga  menghadapi tuntutan 10 tahun penjara dalam kasus gula impor ilegal 56  ton dengan kerugian negara Rp3,4 miliar, September 2005. Namun majelis  hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara menolak dakwaan dengan alasan  berita acara penyidikan cacat hukum.
Dalam kasus pelanggaran  kepabeanan impor beras dari Vietnam, Nurdin mendapatkan ganjaran penjara  2 tahun 6 bulan di Rumah Tahanan Salemba, 9 Agustus 2005. Namun baru  satu tahun masa hukuman, mendapatkan remisi Hari Kemerdekaan Indonesia.
2. Carlo Tavecchio
Carlo  Tavecchio adalah presiden federasi sepak bola Italia (FIGC) yang baru  terpilih awal Agustus 2014. Meskipun baru beberapa bulan memimpin, pria  kelahiran 13 Juli 1943 itu langsung mengundang kontroversi. Bahkan  banyak kalangan yang menganggap rival Tavecchio, Dimitrio Albertini,  lebih pas menjabat posisi orang nomor satu dalam persepakbolaan Italia.
Ini  terjadi karena Tavechio sempat melontarkan pernyataan rasis dan  menyinggung pemain berkulit hitam. Pada pidato di pemilihan, ia sempat  membahas soal banjir pemain asing di Italia.  Kala itu, Tavechio  mengeluarkan pernyataan yang mengacu kepada pemain fiktif, bernama Opti  Poba. Kata Tavechio, Opti Poba dulunya pemakan pisang dan kini menjadi  pemain tim utama Lazio.
Pengadilan Italia pun langsung  menyelidiki kasus ini. Namun jaksa penuntut Stia Punefano Polazzi  menutup kasus, dengan kesimpulan tak menemukan pelanggaran disiplin oleh  Tavecchio.
3. Ricardo Teixeira
Mantan  presiden konfederasi sepak bola Brazil (CBF), Ricardo Teixeira, juga  bermasalah. Pria kelahiran Carlos Chagas, negara bagian Minas Gerais,  ini sebetulnya tidak memiliki pengalaman dalam dunia sepakbola. Tapi ia  berhasil terpilih sebagai presiden CBF pada 1989. Keberhasilan Teixeira  menduduki posisi ini ditenggarai akibat kedekatannya dengan mantan  Presiden Federasi Sepakbola Internasional (FIFA) Joao Havelange. Yang  tak lain adalah mertua Teixeira.
Di bawah kepemimpinan Teixeira,  tim nasional Brazil memang berhasil menjuarai berbagai turnamen  bergengsi. Seperti Piala Dunia 1998 dan 2002, serta empat kali menjuarai  Copa Amerika. Namun banyak kasus hukum pula yang membelit Texeira.
Pada  2000, polisi Brazil menyelidiki dugaan dua kasus korupsi dan salah urus  dalam persepakbolaan nasional. Penyelidikan berujung dengan 1.600  laporan yang mengacu pada tindak korupsi ke-16 klub unggulan. Juga  penyalahgunaan pajak oleh jajaran direksi CBF pimpinan Teixeira.
Sementara  kala 2010, Teixeira diduga menerima suap hampir sebesar 6 juta  poundsterling, atau Rp86 miliar, dari perusahaan televisi FIFA yang  bangkrut pada 1990-an. Namun ia menyangkal semua tuduhan. Argmentasi  Teixeira, suap itu batal setelah Inggris gagal menjadi tuan rumah Piala  Dunia. 
4. Nan Yong
Nan Yong adalah mantan ketua  umum Chinese Football Association (CFA) atau PSSI-nya Cina. Sebagai  kader Partai Komunis yang berkuasa, Nan memang punya akses bagus pada  CFA. Toh penghuni CFA kebanyakan adalah kader Partai Komunis. 
Nan  mulai aktif menjadi pengurus CFA pada 1999. Dalam politik, karier Nan  terbilang gemilang. Ia resmi menjadi sekretaris Partai Komunis pada  2005. Ini membuka jalan bagi Nan ke jenjang ketua umum CFA pada Januari  2009.
Namun di posisi puncak, Nan tersangkut masalah hukum. Ia  diduga menerima suap dari wasit dan pengurus klub, sejak aktif di CFA.  Indikasi ini menguat karena ia berhasil melipatgandakan kekayaan hingga  ratusan lipat, meski baru setahun menjadi pemimpin CFA.
Mencium  gelagat tak beres dari kekayaan Nan yang sangat mencolok mata, polisi  menciduk Nan dan sejumlah pelaku sepak bola lain. Skandal Nan Yong ini  sangat mengguncang persepakbolaan China karena melibatkan pejabat teras  di CFA. Ia pun menerima hukuman penjara 10,5 tahun karena menerima suap  lebih dari 1,48 juta yuan.
5. Xie Yalong
Skandal  suap dan pengaturan skor di persepakbolaan Cina tidak hanya menjadikan  Nan Yong sebagai pesakitan. Pendahulu Nan, Xie Yalong, juga menjadi  terdakwa dan diduga terlibat dalam mega skandal itu.
Xie Yalong  didakwa menerima suap lebih dari US$250 ribu. Xie Yalong terganjar  hukuman penjara 10,5 tahun dan denda sebesar 200 ribu yuan.
6. Franco Carraro
Pada  2006, publik dunia heboh dengan kasus pengaturan skor di persepakbolaan  Italia. Tidak hanya membuat Juventus kehilangan gelar Scudeto dan  terdegradasi ke Serie B, mega skandal Calciopoli itu juga melengserkan  Franco Carraro, presiden federasi sepak bola Itialia (FIGC) saat itu.  Carraro juga wajib membayar denda 80 ribu euro.
Sumber : Yahoo 
6 Pengurus Sepak Bola yang Tersandung Hukum
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
 
 
 
0 komentar:
Post a Comment